Sudah tahu apa itu migrasi cloud?
Migrasi cloud merupakan solusi alternatif bagi bisnis Anda masih mengandalkan server lokal yang mahal dan kurang fleksibel.
Proses memindahkan data, aplikasi, dan sistem bisnis ke platform cloud tersebut tidak hanya menawarkan efisiensi biaya, tetapi juga skalabilitas, keamanan, dan aksesibilitas tanpa batas.
Dalam ulasan di bawah ini, Anda akan diajak untuk memahami secara lengkap apa itu migrasi cloud, manfaatnya untuk bisnis, serta tujuh metode migrasi yang bisa Anda pilih sesuai kebutuhan.
Apa Itu Migrasi Cloud?
Migrasi cloud adalah proses memindahkan data, aplikasi, dan elemen bisnis lain dari sistem lokal ke platform cloud. Tujuan utama dari proses migrasi ini adalah efisiensi biaya operasional dan pengelolaan sistem informasi dan teknologi bisnis.
Terdapat tiga jenis migrasi cloud yang lazim dilakukan:
- Migrasi ke Cloud Publik: Memindahkan data dan aplikasi dari server perusahaan ke penyedia cloud seperti AWS, Azure, atau Google Cloud.
- Migrasi Cloud-ke-Cloud: Memindahkan data dan aplikasi antar platform cloud yang berbeda untuk optimasi atau layanan tambahan.
- Migrasi Cloud Terbalik (Repatriasi): Memindahkan data dan aplikasi kembali dari cloud ke server perusahaan, biasanya karena alasan efektivitas atau biaya.
Manfaat Migrasi Cloud untuk Bisnis
Ada beberapa manfaat yang bisa bisnis Anda dapatkan ketika memutuskan untuk migrasi cloud. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
- Pertama, lebih hemat biaya karena tidak perlu membeli hardware atau software, cukup bayar sesuai pemakaian saja
- Kedua, keamanan data lebih terjamin dengan sistem enkripsi, firewall, dan pemantauan ketat.
- Ketiga, operasional menjadi lebih fleksibel dan bisa diakses dari mana saja.
- Keempat, kapasitas IT bisa dengan mudah ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.
- Terakhir, perusahaan jadi lebih cepat beradaptasi dengan teknologi baru dan lebih unggul dari kompetitor.
Metode Migrasi Cloud yang Paling Umum Digunakan
Setelah memahami manfaat dari migrasi cloud, apakah Anda tertarik untuk mencobanya?
Namun tunggu dulu, coba cek apa saja metode migrasi cloud yang paling pas untuk bisnis Anda sebelum memulai transisi.
1. Re-hosting
Re-hosting, atau "Lift-and-Shift," adalah cara tercepat dan termudah memindahkan aplikasi dan sistem dari server lokal ke cloud tanpa repot. Aplikasi dipindahkan apa adanya tanpa modifikasi kode atau arsitektur apapun.
Meski termasuk cepat, cara ini sebenarnya kurang optimal karena tidak memanfaatkan fitur khusus cloud seperti elastisitas dan auto-scaling.
Penyedia layanan cloud seperti AWS menyediakan alat seperti Application Migration Services dan VM Import/Export untuk mempermudah proses Re-hosting.
Metode Re-hosting ini cocok untuk migrasi yang tidak membutuhan waktu lama, dengan persiapan minim. Namun, perlu digarisbawahi bahwa optimasi lebih lanjut dari aplikasi atau sistem di cloud mungkin akan diperlukan.
2. Relocating
Relocating, atay "Lift-and-Optimize", adalah metode migrasi cloud dengan memindahkan aplikasi ke cloud tanpa banyak perubahan awal, lalu mengoptimalkannya dengan layanan cloud terintegrasi.
Contohnya adalah memindahkan database lalu mengganti server virtual dengan layanan database terkelola seperti Amazon RDS atau Google Cloud SQL.
Metode ini termasuk mudah dari segi pengelolaan, sekaligus meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya perawatan tanpa perubahan besar aplikasi yang sudah ada.
Relocating adalah metode migrasi cloud yang cocok bagi perusahaan dalam memanfaatkan cloud secara bertahap dan meningkatkan operasional tanpa merombak aplikasi secara menyeluruh.
3. Refactoring
Refactoring adalah metode migrasi yang merombak total aplikasi agar dapat berjalan optimal di cloud.
Aplikasi lokal didesain ulang menggunakan arsitektur cloud-native seperti microservices dan serverless.
Contohnya, aplikasi besar dipecah jadi layanan kecil yang independen dan mudah dikelola di cloud dengan memanfaatkan layanan load balancing dan auto-scaling.
Refactoring butuh waktu dan biaya yang lebih besar ketimbang metode lain. Akan tetapi, dalam jangka panjang, Refactoring justru memberikan kinerja, fleksibilitas, dan skalabilitas yang signifikan.
Tidak heran jika banyak bisnis yang lebih menyukai metode migrasi ini karena bisa meningkatkan fungsi aplikasi atau sistem dan daya saing secara keseluruhan.
4. Re-platforming
Replatforming, atau "Lift, Tinker, Shift", diibaratkan sebagai jalan tengah antara Re-hosting dan Refactoring.
Aplikasi dipindahkan ke cloud dengan sedikit penyesuaian untuk memanfaatkan fitur cloud lebih baik, tanpa perubahan besar seperti refactoring.
Contohnya, mengganti database server lokal dengan database-as-a-service di cloud. Aplikasi bisnis Anda tidak akan dibangun ulang, tetapi komponen penting dari aplikasi tersebut akan dimodifikasi untuk otomatisasi, skalabilitas, dan efisiensi biaya cloud.
Replatforming dapat menjadi pilihan tepat jika Anda ingin optimasi aplikasi dengan investasi modifikasi minimal, tanpa merombak aplikasi secara besar-besaran.
5. Repurchasing
Yang dimaksud dengan Repurchasing dalam migrasi cloud adalah mengganti aplikasi lama dengan solusi berbasis cloud yang lebih sesuai.
Contohnya, bisnis Anda mengganti VDI lokal dengan Amazon WorkSpaces atau Microsoft Virtual Desktop, atau mengganti sistem email lokal dengan Microsoft 365 atau Google Workspace.
Repurchasing juga bisa termasuk mengganti software ERP atau CRM dengan versi cloud yang lebih canggih.
Biasanya, bisnis yang memilih metode ini bertujuan untuk mengganti aplikasi yang sudah lama dengan solusi cloud modern yang mudah dikelola dengan banyak fitur otomatis.
Keuntungan terbesar dari metode ini adalah transisi dan pengelolaan yang lebih mudah dengan beban operasional yang lebih sedikit.
6. Retiring
Metode selanjutnya adalah Retiring. Dalam konteks migrasi cloud, Retiring adalah menghentikan penggunaan aplikasi dan sistem lama yang tidak lagi dibutuhkan.
Aplikasi yang tidak relevan tidak akan dipindahkan ke cloud. Aplikasi tersebut akan dihentikan untuk mengurangi kerumitan, biaya migrasi, dan pemeliharaan.
Biasanya, bisnis yang memilih metode ini bermaksud untuk mengganti aplikasi yang jarang dipakai dengan solusi yang lebih baik.
Dengan memberhentikan aplikasi yang tidak relevan, proses migrasi jadi lebih efisien dan hemat biaya karena hanya aplikasi penting yang dipindahkan ke cloud.
7. Retaining
Metode terakhir adalah Retaining. Retaining adalah menunda migrasi cloud untuk sementara waktu.
Bisnis biasanya akan melakukan penundaan ini untuk mengevaluasi aplikasi dan server lokal atau menentukan waktu yang tepat untuk migrasi. Hal tersebut dikarenakan sebagian aplikasi lokal tergolong kompleks atau terlalu penting dan sangat bergantung pada internal bisnis.
Keputusan penundaan biasanya akan dipengaruhi beberapa faktor, seperti operasional, biaya, dan keamanan.
Dengan melakukan Retaining, bisnis bisa merencanakan strategi migrasi dengan hati-hati tanpa mengganggu operasional bisnis yang berjalan.
Kesimpulan
Sampai di sini, pastinya Anda sudah lebih mengerti tentang apa itu migrasi cloud, manfaatnya, serta proses-prosesnya.
Migrasi cloud bisa menjadi strategi bisnis yang tepat agar bisnis Anda tetap kompetitif di tengah persaingan yang ketat. Kunci sukses dari migrasi cloud ini sendiri terletak pada pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan, anggaran, dan tujuan jangka panjang bisnis Anda.
Hubungi XLSMART for BUSINESS untuk mencari tahu lebih lanjut tentang migrasi cloud, serta menentukan metode migrasi mana yang paling sesuai untuk masa depan bisnis Anda.